16.5.08

Selamat datang.

Ya, ini memang sekadar berbagai tulisan terserpih yang pernah saya buat tentang berbagai hal yang berhubungan dengan hobi burung dan merupakan jawaban saya atas berbagai pertanyaan kawan-kawan penghobi burung di milis kicaumania, kenarimania, BBC dan website MPZ (almarhum).

Banyak di antara penanya tersebut, saat ini sudah menjadi jawara dan piawai di bidang perburungan dan barangkali akan merasa bahwa apa yang saya sampaikan di sini sudah kuno. Benar demikian, tetapi problema perburungan dari hari ke hari tidak ada perubahan yang siginifikan. Dengan demikian, saya harapkan tulisan ini bermanfaat untuk para penghobi burung, utamanya mereka yang kali pertama menerjuni hobi burung.

Selain itu di sini ada berbagai tulisan karya sejumlah kawan, yang banyak di antaranya tidak saya kenal secara pribadi, namun menarik untuk disimak berkaitan dengan apa yang saya kupas dan tulis di sini.

Silakan menikmati. Semoga bermanfaat.


Cucak ijo stress

Tanya:

TOLONG....gimana caranya supaya CI saya gak pulih dari stress nya, kejadiannya gara2 mau di mandiin ternyata dari blakang tempat du2k saya seekor kucing udah ngincer dar tiba2 si kucing itu langsung lari mau ngejar CI dalam sangkar n untungnya sempet ketauan n si kucing pegi lari entah kmana

setelah kejadian itu CI jadi diem cman duduk santai sambil bunyi pelang(ngriwik2 aja),gimana penanganan CI kalo kondisi seperti ini yah?

yg sudah saya lakukan, kroto tiap pagi + jangkrik (4 rkor) dan sore jangkrik (4 ekor) dan mlm saya tutup cover, smentara kalo pagi mau ngantor tu2p cover saya buka dan saya gantung kaya biasanya deket sama MB n Knari?

mohon bantuan n pencerahan dari master2....

dramatis dikit gpp yah critanya,he he... (Nanda)


Jawab:

Kalau benar dia jadi begitu karena faktor kucing, maka sebaiknya dia dikarantina sampai “benar-benar lupa sama kucing”. Gantungkan selalu di tempat di mana tidak ada kucing bisa muncul dan memperlihatkan diri ke CI.

Kalau Anda ke kantor, pastikan daerah burung anda bebas dari penampakan kucing (hiiiiiiiiiii). Nah itu adalah terapi psikisnya.

Untuk terapi fisiknya (biar pengaruh ke piskis) genjot dengan ekstra fooding kesukaan CI tersebut. Dan CI biasanya senang jangkrik. Genjot dengan jangkrik sebanyak dia masih mau. Pisang kepok (putih) jangan lupa. kalau mau, kadang2 diberi apel (yang masir/berpasir) dan/ atau buah per.

Kalau perlu, berikan tambahan minuman anti-stress (meski sebenarnya hanya kumpulan vitamin dan mineral).

Oh iya. Untuk memulihkan benar2 mentalnya, jauhkan dulu dari situasi “head to head” dengan burung lain. (Duto)


Tanggapan dan tanya:

wah trima kasih banyak sarannya om, pisang masih terus dikasih n voor ijo yg anti stress juga saya kasih,klo malem aja atau skalian siang harus ditutup cover sangkarnya? atau cukup di asingkan dari MB n knari yg ada di rumah selain kucing?

posisi skr saya gantung berdekatan n cman ngriwik2 aja beda sama sebelum ada si kucring liar itu (Nanda)


Jawab:

Pertimbangkan saja soal covernya itu perlu atau tidak. Hanya saja harus dicatat bahwa kerodong yg agak gelap cenderung bikin CI tertidur. Memang aneh sih CI itu. Gelap sedikit saja langsung tertidur.


Saran saya soal penempatan burung, CI jangan didekatkan dengan MB. Nggak saling ngisi suara bagus, malah saling nyontek suara asli masing2. Padahal, suara asli MB dan CI itu sama2 “nggak laku” di mata juri, ya otomatis di mata para kicaumania. (Duto)

Isian untuk CI

Tanya:

Pak isian apa yg bagus utk cucak ijo? Kenapa ya cucak ijo yg saya punya kok enggak doyan makan jangkrik dan ulat ? Sampai sekarang masih saya berikan pisang aja utk makanannya. Apakah cucak ijo bahan sebaiknya dikrodong biar mentalnya berani. (Willy)

Jawab:

Sampai saat ini, isian standar terbagus untuk CH adalah jangkrik, c jenggot dan lovebird.



Harga burung di tempat asalnya kok mahal?

Pertanyaan:

Ada yang tahu nggak apa sebabnya harga burung AM dan AK di “sana” lebih mahal?

Jawab:

Saya tidak tahu yang disebut “di sana” itu di mana, cuma saya kira2 itu di daerah Nusa Tenggara atau Bali. Untuk AK (Nusra) atau AM (Bali), kalau kita beli di sana langsung (terutama yang sudah bunyi dan jinak), harganya memang relatif mahal. Hal2 yang saya ketahui, antara lain adalah soal jumlah burung yang dibeli (juga penjuualnya) dan juga berkaitan dengan musim (musim beranak).

Kalau kita beli satu atau dua burung dari sana memang dibandrol mahal, hampir sama atau malah lebih mahal dibanding di Jawa. Sebab, biasanya, yang punya burung cuma satu atau dua ekor (simpanan) bukanlah orang2 yang berburu anakan (untuk AK) di hutan. Jadi, si empunya itu juga adalah penggemar/penghobi atau minimal pedagang lokal. Juga, burung itu adalah burung pilihan sebelum “rombongan”-nya di bawa ke Jawa. Jadi tidak mengherankan kalau harga relatif sama mahalnya dengan di Jawa. Apalagi, mereka tahu yang beli adalah penghobi asal Jawa...uhhh...mereka lebih jual mahal. Sementara itu, para pengepul burung dari Jawa (Jakarta, Sby, Smg dll), kalau membeli burung langsung dari para pemburu/penangkap AK di hutan sana juga dalam jumlah banyak karena memang sedang musim. Para pemburu tidak mau menahan burung mereka lama2 karena selain berisiko mati juga perlu memberi makan yang biayanya nggak murah. Karena beli dalam jumlah banyak dan pas musim, maka harganya sangat2 murah dan sampai di Jawa pun harganya masih murah menurut ukuran para penghobi/pembeli kayak kita2 ini. Para pengepul ini tidak akan pergi ke Nusra sekadar untuk membeli satu-dua ekor apalagi pas tidak musimnya sebab hitungan harganya nggak akan masuk. Sama halnya dengan kasus AM. Untuk diketahui, AM asal Bali kebanyakan adalah hasil semi-penangkaran. Yakni, ada daerah tertentu yang memang sebagai wilayah perkembang biakan AM. AM di sana beranak-pinak setahun sekali dan dari satu generasi ke generasi tidak pernah pindah-pindah hutan/tempat. Jadi, masing2 pemilik kaplingan kebun/ladang/hutan seakan-akan memiliki “penangkaran hutan” untuk AM. Mereka, setiap tahun, “memanen” anakan AM dari kebun/hutan2 mereka masing2, yang satu dengan yang lainnya nggak akan “main jarah” (kayak di Jawa?). Kalau pas musim, satu kawasan ya panen semua dan harganya bisa mejadi murah, apalagi yang beli sana adalah orang2 lama (pedagang langganan).

Mengapa AM di sana tidak punah meski setiap tahun dipanen? Itu karena para pemilik hutan itu bukan orang2 serakah yang memanen semua anakan AM. Pada setiap sarang, hanya diambil satu atau dua ekor (kalau beranak 3 diambil 2, kalau beranak 2 diambil satu). Dengan cara seperti ini, si indukan AM tidak merasa terganggu karena (mungkin) beranggapan bahwa anaknya yang dua (jika beranak 3) atau yang satu (jika beranak 2), jatuh dan mati atau dimakan tikus hutan dll. Oleh karena itu, tahun berikut mereka pasti akan datang lagi ke tempat itu untuk beranak lagi. Demikian kiranya sekelumit cerita yang bisa saya sharingkan di sini. Barangkali ada kawan lain yang bisa menambahi.

(Jawaban atas pertanyaan Om Fortuna di milis BBC)